TM1 LAB: Percobaan dengan Jembatan Wheatstone


Yuhu................

Pada kesempatan ini, saya akan memberikan penjelasan tentang percobaan dengan menggunakan Jembatan Wheatstone.
Yuk simak penjelasannya.




JEMBATAN WHEATSTONE

1.      Tujuan                :
             1.1  Dapat memahami konsep kerja jemabatan wheatstone.
             1.2  Dapat menunjukkan persyaratan-persyaratan yang berlaku pada jembatan wheatstone.
             1.3  Dapat menghitung besarnya nilai sebuah hambatan dengan jembatan wheatstone.

2.      Dasar Teori         :
Untuk mendeteksi konduktansi larutan garam atau sensor salinitas digunakan sel konduktansi seperti diperlihatkan pada gambar. Sel konduktansi tersebut dapat dibuat dari dua plat logam dengan luasan A dan jarak kedua plat adalah 1. Jika luasan dan jarak kedua plat konstan maka nilai resistansi sel hanya ditentukan oleh nilai konsuktivitasnya. Perubahan nilai resistansi tersebut dapat diubah menjadi perubahan tegangan dengan menggunakan rangkaian jembatan wheatstone.
Sensor temperatur yang digunakan untuk pengukuran temperatur adalah IC LM 335 suatu sensor temperatur yang menggunakan metode semikonduktif. Dalam pembuatan sensor mahnetoresistif ini digunakan sistem jembatan wheatsone (wheatstone bridge) sebagai rangkaian sensor. Lapisan tipis NIFE sebagai sensor di rangkai membentuk jembatan wheatstone. Jika RMR.R3 = R2.R4, tidak ada arus I5 (I5 = 0). Dan bila lapisan tipis dikenal medan luar, sehingga terjadi perubahan RMR akan mengakibatkan RMR.R3 ≠ R2.R4. Ini memungkinkan I3 tidak nol dan I5 diukur sebagai keluaran sensor. Dengan menggunakan hukum Kirchhof I dan II (Fahru, Nurosyid. 2000: 4-3).

Prinsip kerja jembatan wheastone.
       Prinsip jembatan wheastone di pakai untuk mengukur besar tahanan suatu penghantar. Jembatan wheastone terdiri dari 4 tahanan di susun segi empat dan galvanometer dengan syarat:
a.       R1 dan R2 biasanya di ketahui besarnya.
b.      R3 tahanan dapat di ukur besarnya sehingga tidak ada arus yang mengalir lewat rangkaian B-C-G (galvanometer)
c.       R2 tahanan yang akan di ukur besarnya. Bila arus yang mengalir lewat G=0, maka:
RX.R2=R1.R3
RX= R1.R3
                                                                                                     ( Sugiyono, 1998: 125)



Untuk membuktikan perumusan sifat jembatan wheastone dapat di rancang alat rangkaian alat. Rangakian hambatan menggunakan R1dan R2 dan sebuah resistor yang nilainya sudah di ketahui. Agar nilai nya dapat di ubah-ubah maka dua hambatan yang alin di gunakan kawat penghantar. Setiap penghantar akan memiliki hambatan yang sebanding dengan panjang kawat R-L. Keudian untuk mengetahui keadaan beda potensial di titik C dan titik D, di pasangalh galvanometer. Galvanometer juga di ganti amperemeter atau lampu indikator.
Jika posisi kabel titik C(c’) di geser-geser sehingga galvanometer menunjukan angka nol, maka pada rangkain iu berlaku perkalian silang yang sama seperti berikut:

R1RCB=RXRAC

R-L berarti RCB-LC dan Rac-L1, sehingga persamaan di atas dapat di buktikan dengan menggunakan kesamaan dua perkalian di atas.

Rumus untuk jemabatan wheastone yaitu, R1*R4=R2*R3. Jemabatan wheastone berguna untuk mengukur hamabtan yang sangat teliti. Jika skalar S di hubungkan dengan menggeser-geser kontak k kita bisa membuat galvanometer angka nolyang di sebutangka setimabang.
                                                                                                      (Surya,2004:l3)

Jembatan wheastone adalah sebuah metode untuk menyelesaikan perhitungan hamabatan pengganti pada rangakaian metode yang bisa di pakai yaitu:
R1R3=R2R4

Dengan demikian, kita bisa mendapatkan hambatan penggantinya sebagai berikut:
R= (R1+R2)( R3+R4)
     R1+R2+R3+R4

Namun, jika syarat tidak terpenuhi maka, metode ini tidak bisa di pakai.

                                                                                                                        (Utomo, 2003:6)

Permasalahan yang timbul biasanya adalah bahwa tahanan pengukur regangan juga berubah oleh perubahan suhu dan oleh karenanya suatu cara untuk mengkompresikan suhu harus disediakan sedemikian rupa sehungga output jembatan wheastone benar-benar hanya merupakan fungsi dari regangan. Hal ini dapat di lakukan dengan memasang sebuah pengikur tegangan palsu pada sisi jembatan wheastone benar-benar hanya meruapakan fungsi dari regangan. Hal ini dapat di lakuakn denagn memasang sebuah pengukur teganagan. Salah satu alternatif yang umum di pakai adalah dengan memasang empat pengukur aktif sebagai sisi jembatan wheastone dan menatanya sedemukian rupa, sehingga salah satunya pasangan lainnya termampatkan. Hal ini tidak saja menghasilkan kompensasi suhu namun, juga memberikan perubahan output yang ajuh lebih besar ketika peregangan di terapkan (Wiliam burton, 1952: 88).

1.      Alat dan Komponen
1.      Jemabatan wheastone.
2.      Galvanometer.
3.      Multimeter digital
4.      Power supply
5.      Resistor.
6.      Potensiometer.
7.      Kabel penghubung.
8.      Bredboard.

2.      Prosedur Kerja
1.      Susun alat-alat seperti gambar, dengan R adalah resostance box, RX hamabatan tunggal, hamabatan paralel akan di ukur, (r) adalah power supply DC, RS adalah rhesistance, g adalah galvanometer.
2.      Periksakan rangkaian pada pembimbimng praktikum anda.
3.      Geser perlahan-lahan  ujung konektor ke kiri  atau ke kanan sehingga jarum jam galvanometer tepat menunjuk nol.
4.      Kemudian catat panjang l1 dan l2, serta kuat arus pada amperemeter, catat pula nilai k yang di gunakan.
5.      Ulangi percobaan sebanyak 5 kali  dengan kuat arus yang berbeda sebanyak 5 kali, dengan kuat arus yang berbeda.
6.      Ulangi percobaan masing-masing 5 kali untuk RX yang lain.

6.      Hasil 

Tabel hasil percobaan
Rangkaian
L1 (cm)
L2 (cm)
Seri
7,7
7,8
paralel
5,3
10,2





DAFTAR PUSTAKA

Burton, William. 1952. Programable Logic Controcler(PLC) Sebuah Penghantar Edisi Ketiga. Jakarta: Alfabeta.
Nurosyid, Fahru. 2000. “Indonesia Journal of Materials Saence: Kajian Pembuatan sensor Magnetroresistif Berbasis Bahan Lapisan Tipis Permalloy Ni80 Fe20”. 2(1), 1-6.
Sugiyono.1998. Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif. Bandung : CV Alfabeta.
Surya, Yohanes.2009.Listrik Dan Magnet. Tanggerang: Tim PT. Kendal.
Utomo,Pratiadi.2003.Fisika Interaktif. Jakarta: Gramedia.




Yap, hanya itu yang bisa saya jelaskan.

Mau tau lebih lanjut? Yuk klik link berikut: download

Komentar