Menurut peneltian yang dilakukan Sadia (2007), yang melakukan penelitian
disalah satu SMA negeri dengan bentuk permasalahan, tujuan
penelitian, dan hasil analisis data, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
- Pertama, secara umum dengan tidak memandang perlakuan (treatment) dan level sekolah, ternyata sebagian besar (83,82%) siswa SMA kelas I di Kabupaten Buleleng kemampuan berpikir formalnya berkualifikasi sedang, 13,44% berkualifikasi tinggi, dan 2,74% berkualifikasi rendah.
- Kedua, model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dan model siklus belajar (LCM) ternyata cukup efektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir formal siswa.
- Ketiga, terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran berbasis masalah (PBL), model siklus belajar (LCM) dan model pembelajaran konvensional (MPK) dalam mengembangkan kemampuan berpikir formal siswa. Model PBL lebih baik daripada LCM dan MPK, dan model LCM lebih baik dari pada MPK. Hal ini terbukti dari hasil uji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis varian dimana F = 17,531 (p < 0,05).
- Keempat, tidak terjadi interaksi antara model pembelajaran dan level sekolah dalam pengembangan kemampuan berpikir formal, dalam arti bahwa efektivitas PBL maupun LCM dalam pengembangan berpikir formal tidak dipengaruhi oleh level sekolah, apakah SMA berstatus SNBI maupun SSN.
Berdasarkan temuan-temuan
penelitian ini maka dikemukan
saran-saran berikut:
- Pertama, bertolak dari temuan penelitian tentang profil kemampuan berpikir formal siswa SMA kelas I di Kabupaten Buleleng, yang menunjukkan bahwa sebagian besar (83,82%) siswa kemampuan berpikir formalnya masih berada pada kualifikasi sedang dan hanya 13,44% siswa yang berkualifikasi tinggi, dan bahkan masih terdapat 2,74% siswa yang kemampuan berpikir formalnya berkualifikasi rendah, maka disarankan kepada semua guru agar berupaya untuk mengembangkan dan mengimplementasikan model-model pembelajaran yang inovatif yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir formal siswa.
- Kedua, model pembelajaran berbasis masalah (PBL) dan model siklus belajar (LCM) ternyata cukup efektif dalam mengembangkan kemampuan berpikir formal siswa, dan juga bahwa model PBL lebih baik daripada model LCM dan MPK, serta model LCM lebih baik daripada MPK dalam meningkatkan kemampuan berpikir formal dan pemahaman konsep Fisika, maka disarankan kepada para guru Fisika maupun guru bidang studi lain untuk menggunakan model PBL atau model LCM dalam proses pembelajaran guna meningkatkan kemampuan berpikir formal siswa.
Menurut penelitian Dwi, dkk (2013), yang melakukan penelitian terhadap pengaruh
stratergi PBL terhadap pemahaman konsep dan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah Fisika dapat diambil kesimpulan yakni:
- Terdapat perbedaan pemahaman konsep yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi PBL berbasis ICT dan strategi PBL.
- Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi PBL berbasis ICT dan strategi PBL.
Saran yang diajukan yakni:
- Guru diharapkan mampu berperan aktif sebagai fasilitator dalam kerja kelompok, diskusi kelompok dan diskusi kelas, kegiatan eksperimen, serta mengaitkan antara masalah yang dimunculkan dengan materi pelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang telah dibuat.
- Diperlukan adanya pengembangan strategi PBL berbasis ICT yang dilakukan oleh guru secara berkesinambungan seiring dengan berkembangnya ICT .
Daftar
Pustaka
Dwi, I.M, dkk. 2013. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. Pengaruh
Strategi Problem Based Learning Berbasis Ict Terhadap Pemahaman Konsep Dan
Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika.
Sadia,
I Wayan. 2007. Jurnal Pendidikan Fisika. Pengembangan Kemampuan Berpikir Formal Siswa`Sma Melalui
Penerapan Model Pembelajaran “Problem
Based Learning” Dan “Cycle Learning” Dalam
Pembelajaran Fisika.
(http://www.academia.edu/download/36539926/707.doc)
Komentar
Posting Komentar